Tepat 3 bulan yang lalu,
19 Mei 2014 saya dan Bapak Ibu menghadiri acara wisuda di jurusan teknik kimia.
Dan jujur saja, tidak ada perasaan senang yang berlebihan atau apa, masih
banyak teman saya yang malam ini mungkin terpaksa menampakkan senyum. Ya setidaknya
itu yang saya lakukan selama datang di periode wisuda sebelumnya. Datang dengan
hanya menampakkan senyum, padahal jauh dalam hati ada perasaan hancur. Sudah 3
atau 4 kali saya mengalami perasaan itu.
Setiap kali datang ke
wisuda teman, yang ada hanya bayang-bayang mimik Bapak dan Ibu. Berpikir,
apakah akan datang waktunya bagi mereka melihat aku di wisuda...
Namun akhirnya, pada
malam 19 Mei 2014 itu, saya di wisuda. Saya dinyatakan lulus dari kuliah. Malam
itu, dengan jelas saya melihat wajah Bapak Ibu merona bahagia. Bangga melihat
anaknya bisa lulus. Akhirnya bisa lulus. Akan ada banyak hal baru dan tantangan
setelah lulus kelak, namun untuk saat ini, akan lebih cocok untuk kita membahas
dan membicarakan waktu 4 tahun lebih beberapa bulan.
Bukan dalam waktu yang
singkat saya bisa menyelesaikan program sarjana di teknik kimia ugm. Selama kurun
waktu yang lama ini, saya melakukan banyak hal, bertemu dengan banyak orang,
berkunjung ke banyak tempat, memimpikan banyak hal. Jatuh berulang kali. Bermimpi
berulang kali, kembali jatuh lagi. Sempat berada di atas, untuk kemudian turun
dan mencari puncak berikutnya. Hidup mewah, hidup melarat. Merasakan banyak
hal, kesepian, ketakutan, kekhawatiran, keramaian, keceriaan..
Jika harus saya rinci
cerita kehidupan saya selama kuliah, mungkin tidak akan dapat kembali saya
tuliskan. Namun, saya akan mencoba menuliskan secara rinci orang-orang yang
mempunyai andil dan peran besar selama saya kuliah. Bukan berarti bila yang
tidak tertuliskan orang yang terpinggirkan, bukan. Hanya mungkin karena terlalu
banyak, sehingga tidak akan mencangkup semua. Harapan saya, Anda yang membaca
tulisan ini masuk ke dalam orang yang saya maksud. Here we go, for this time I’ll
talk about my best friends...
Jika harus menyebutkan
untuk pertama kalinya, maka saya akan menyebutkan mereka adalah Agen A & Agen
B. Ada banyak hal yang telah kami lalui bersama. Mulai dari hal yang remeh,
seperti menonton film, bioskop, mainan kartu sampai ikut perlombaan. Pernah sama
Agen A saya jualan ayam broiler di Pasar Kranggan. Haha. Mahasiswa kok jualan ayam,
aneh juga. Sama Agen A juga saya mengendara sampai hampir 80 km ke arah pelosok
gunung kidul untuk cari bibit jati. Sayangnya sekarang bibitnya udah mati semua
dan sebagian dicuri orang. Kalau sama Agen B, pengalaman terakhir sih takziah
ke rumah Agen B di Jepara, bareng sama Agan A dan Agen A. Dua orang teman saya ini
sebenarnya orang yang baik, yang hidup sederhana karena memang diuji dengan
keterbatasan. Dua orang ini masih ingat betul ketika pertama saya bertemu
mereka, saat itu saya yang lugu ini bahkan berbahasa jawa krama waktu tau bahwa
mereka pun datang dari jawa. Saya masih ingat betul waktu pertama kali main di
tempat kos Agen A, waktu itu adalah semester 3, saatnya sibuk sibuk praktikum. Pribadi
Agen A yang ramah, entah kenapa langsung saja dekat. Ramah, lucu, terkadang
penuh mimpi positif, seringkali penuh mimpi yang mengkhayal, mengkhayal ini
berkaitan dengan sebuah imajinasi tentang seorang wanita.haha. Tempat kos Agen
A tidak jauh dengan tempat kos Agen B, dan tempat kos Agen A ini menjadi tempat
favorit entah untuk belajar, main kartu, main truth or dare dan lain-lain. Seringkali
bahkan Cuma ngobrol, mengumbar mimpi ga tau akan kesampaian atau tidak. Selama masa
masa ini, dua sahabat saya itu masih belum memiliki laptop, mahasiswa yang
belum mempunyai laptop. Kondisi yang memang cukup memprihatinkan, tetapi 2
sahabat saya ini fine fine aja. Mungkin orang melihatnya mereka tampaknya
kasihan, memelas. Tapi toh nyatanya mereka bahagia juga. Ada beberapa tempat
yang pernah kami kunjungi bersama, salah satunya adalah tugu jogja. Malam minggu,
tidak ada kerjaan, kami main kartu hingga pukul 3 malam dan setelah mulai
pusing kami iseng iseng main ke tugu jogja dan foto foto untuk kemudian tidur. Bersama
sahabat saya ini, saya mungkin terlihat seperti menghabiskan waktu dengan
sia-sia, tapi bagaimana lagi, saya bahagia dengan itu. Cerita menjadi sedikit
berbeda ketika Agen A mendapatkan beasiswa dari alumni yang selain uang juga
mendapatkan tempat tinggal atau kos. Kos Agen A yang sebelumnya menjadi base
camp pindah di tempat berbeda yang cukup jauh. Pogung baru F81. F81 adalah
sebuah rumah tipe 70 yang berisi 2 kamar tidur dan ruang tamu yang cukup lega. Sepertinya
akan menjadi base camp baru yang menyenangkan. Namun sayang sekali, selain Agen
A ada penghuni lain yang tidak bisa nyetel dengan kami. Sehingga seringkali Agen
A yang harus pindah basecamp ke Kos Agen B. Keadaan kembali berubah ketika Agen
A diusir dari F81 karena rumah itu disewakan, dan dipindah ke rumah sebelah
F82. Rumah kontrakan yang diisi sama anak jurusan teknik sipil angkatan 08. Kalau
dari cerita Agen A sih, katanya anak-anaknya pada sombong, selain itu juga udah
pada berani ngamar sama ceweknya. Kadang kalau main kesana, paginya tau aja
kalau ada cewek nginep. Duh duh duh. Pengen juga. Haha. Hal ini yang bikin Agen
A gag betah di kos itu dan jutru malah lebih sering menginap di Kos Agen B. Ruangan
kos yang hanya berukuran tidak lebih dari 3 kali 3 dihuni 2 orang. Terkadang bahkan
ada 4 orang atau bahkan 5 orang yang main di kamar itu. Sehingga tidak jarang
Budhe penunggu kost-an marah marah . haha. Karena ya kita cekikikan main kartu
sampai malam dll. dengan uang beasiswa-nya Agen A dan Agen B akhirnya dapat
membeli laptop, dan disini mau saya katakan cobaan datang. Salah satu teman
kami mengenalkan game dota kepada Agen A dan Agen B, dan keduanya ketagihan
hingga sampai abai di hal kuliah. Banyak absen yang kurang, tidak bisa ikut
ujian, laporan penelitian molor, tugas akhir ga selesai. Semua bisa saya
katakan karena game terlaknat dota itu. Dari mulai hal kecil, hingga merambat
ke hal yang besar seperti kehilangan semangat, hidup seperti hanya asal-asalan
semua berawal dari game dota itu.
Hingga saat ini, saat
saya jauh terpisahkan 400 km. Mungkin mereka belum bisa terpisahkan dari dota. Racun
yang benar benar melalaikan, membuat orang lari dari kenyataan.
Saya rindu mereka yang
masih berani bermimpi. Tapi bagaimanapun, saya rindu Mereka apa adanya mereka. Saya
berdoa dalam, semoga mereka bisa segera mengakhiri masa kuliah dengan baik,
lulus dari teknik kimia, dapat kerja atau mungkin membuat kerja dan bisa
membagi banyak hal lagi.
Ada banyak sekali
pelajaran hidup yang dapat saya ambil dari mereka, semoga mereka bahagia dengan
wajarnya manusia bahagia.
Kopi tidak akan pernah
kehilangan rasa pahitnya, pecinta kopi tidak akan pernah berusaha menghilangkan
rasa pahit dengan gula, susu atau krimer. Pecinta kopi menikmati pahit kopi
rasa gula,susu dan krimer. Pecinta kopi tidak akan suka dengan kopi instan yang
rasanya itu itu saja. Pecinta kopi akan berpetualang. Bahagia bukan saja karena
kopinya nikmat. Seringkali yang diingat bahkan bukan rasa kopinya, bukan.. yang
menjadi cerita menarik, bahkan saat cangkir tersenggol jatuh, kopi tumpah ruah
di tegel. Kepulan asap mengepul mengeluarkan aroma khas Kopi hitam. Membangunkan
jiwa jiwa yang tertidur.