Aku sebenarnya lupa kapan sepenggal cerita ini terjadi, karena memang sudah lama. Cerita ini singkat, namun akan memberikan sebuah pelajaran yang panjang, pelajaran seumur hidup bagi saya.
ada banyak cerita yang saya niatkan menjadi awal kebangkitan blog ini kembali, sebenarnya. tetapi kenapa ya yang justru postingan ini yang tidak direncanakan justru menjadi awal kehidupan baru di blog ini. hehe.
hayo siapa yang akhir akhir ini tidak membaca tentang curhatan dokter atau mungkin hujatan ke dokter??
sebenarnya saya juga kurang respek kalau lihat kampus sebelah (kampus fk). semua pake mobil-mobil semua, hp touch screen keluaran terbaru atau apalah. sesuatu yang benar-benar tidak mengambarkan bahwa dokter ikut merasakan susahnya menjadi pasien.
tetapi semua sikap tidak respect saya tadi luntur, mengingat perjuangan Ibu saya yang juga seorang dokter. Saya yakin, pada waktu nya semua dokter akan sejahtera, (yang masih mahasiswa aja udah sejahtera), tetapi tidak semua dokter memilih untuk hidup mewah, ya tidak semua.
Baik. ada sedikit pengalaman masa kecil yang akan saya bagi, pengalaman dengan Ibu ku.
Lebih dari 10 tahun yang lalu, seorang anak kecil merenggek-renggek untuk diijinkan ikut sama Ibunya ke rumah sakit untuk jadi dokter jaga yang cuma berapa jam gitu. Singkat kata, anak itu tadi berangkat nemenin Ibu ke Rumah sakit.
Daan begitulah di rumah sakit, banyak orang sakit. yaiyalah. setelah beberapa lama, tiba-tiba ada sebuah sirine ambulance yg berbunyi. katanya ada korban kecelakaan lalu lintas, dan ya memang ada. Dengan sigap pun Sang Ibu yang jadi dokter jaga satunya2 disitu berkewajiban menangani pasien itu.
sempat terlihat si anak, pasien penuh darah, dan sepertinya ada patah tulang di kaki. saat itulah, si anak berasa hanyalah orang biasa, seperti orang lain. tidak dianggap ada. Sang Ibu hanya memikirkan pasien, memikirkan keselamatan pasien. Pasien menjadi seperti anak dari Sang Ibu.
dan mulai pada saat itu si anak sadar, dokter*** adalah sebuah pekerjaan yang sangat mulia. bukan tentang uang atau apa, dokter hanya memikirkan keselamatan pasiennya. pasien seperti menjadi anggota keluarga sendiri.
si anak adalah penulis, dan Sang Ibu adalah tentu saja Ibunda Terbaik di Dunia.
dr. Aliyah Himawati Rizqiani, Spkj.
ada banyak cerita yang saya niatkan menjadi awal kebangkitan blog ini kembali, sebenarnya. tetapi kenapa ya yang justru postingan ini yang tidak direncanakan justru menjadi awal kehidupan baru di blog ini. hehe.
hayo siapa yang akhir akhir ini tidak membaca tentang curhatan dokter atau mungkin hujatan ke dokter??
sebenarnya saya juga kurang respek kalau lihat kampus sebelah (kampus fk). semua pake mobil-mobil semua, hp touch screen keluaran terbaru atau apalah. sesuatu yang benar-benar tidak mengambarkan bahwa dokter ikut merasakan susahnya menjadi pasien.
tetapi semua sikap tidak respect saya tadi luntur, mengingat perjuangan Ibu saya yang juga seorang dokter. Saya yakin, pada waktu nya semua dokter akan sejahtera, (yang masih mahasiswa aja udah sejahtera), tetapi tidak semua dokter memilih untuk hidup mewah, ya tidak semua.
Baik. ada sedikit pengalaman masa kecil yang akan saya bagi, pengalaman dengan Ibu ku.
Lebih dari 10 tahun yang lalu, seorang anak kecil merenggek-renggek untuk diijinkan ikut sama Ibunya ke rumah sakit untuk jadi dokter jaga yang cuma berapa jam gitu. Singkat kata, anak itu tadi berangkat nemenin Ibu ke Rumah sakit.
Daan begitulah di rumah sakit, banyak orang sakit. yaiyalah. setelah beberapa lama, tiba-tiba ada sebuah sirine ambulance yg berbunyi. katanya ada korban kecelakaan lalu lintas, dan ya memang ada. Dengan sigap pun Sang Ibu yang jadi dokter jaga satunya2 disitu berkewajiban menangani pasien itu.
sempat terlihat si anak, pasien penuh darah, dan sepertinya ada patah tulang di kaki. saat itulah, si anak berasa hanyalah orang biasa, seperti orang lain. tidak dianggap ada. Sang Ibu hanya memikirkan pasien, memikirkan keselamatan pasien. Pasien menjadi seperti anak dari Sang Ibu.
dan mulai pada saat itu si anak sadar, dokter*** adalah sebuah pekerjaan yang sangat mulia. bukan tentang uang atau apa, dokter hanya memikirkan keselamatan pasiennya. pasien seperti menjadi anggota keluarga sendiri.
si anak adalah penulis, dan Sang Ibu adalah tentu saja Ibunda Terbaik di Dunia.
dr. Aliyah Himawati Rizqiani, Spkj.
*** kecuali dokter yang bajingan