Kamis, 23 Desember 2010

Goresan perjuangan mahasiswa

Apakah ini tentang keadikuasaan mahasiswa ber-IP di atas rata-rata untuk mengambil jatah nama atas mahasiswa yang kurang beruntung dalam segi ekonomi?

Yah, mungkin kau tidak pernah tau, dan mungkin tidak pernah membayangkan kalau dengan begitu banyaknya tugas yang sudah diemban seorang mahasiswa, mereka mahasiswa yang kurang beruntung dalam sisi ekonomi masih saja sempat berjuang mencari nafkah membantu orang tua nya.

atau setidaknya, berjuang untuk menjadi sederhana.

pernahkah Anda melihat seorang mahasiswa yang berjalan 5 km menuju kampusnya?

pernahkah Anda melihat seorang mahasiswa yang rela bangun pagi-pagi benar untuk menjadi pembawa berita?? ( loper koran)

pernahkah Anda melihat mahasiswa yang rela menjadi penjual makanan? minuman? sandang?

apabila Anda belum pernah melihat seorang mahasiswa yang seperti ini, maka mungkin Anda akan menilai mahasiswa hanya berdasarkan IP.

namun, apabila Anda sudah bertemu, atau bahkan berteman dengan mahasiswa yang seperti ini, maka saya yakin Anda akan memiliki pandangan yang lebih luas terhadap standar nilai kesuksesan seorang mahasiswa.


seperti yang dikisahkan oleh, CEO schlumberger, yang kebetulan juga alumni Universitas saya..

"Buat apa hanya berjuang mencari IP, buat cari istri saja tidak bisa"


kalau saya, berusaha melihat secara objektif. karena terkadang fokus pada suatu hal itu perlu, namun memiliki banyak kemampuan itu juga bagus.

saya berjuang menjadi seorang mahasiswa yang punya banyak pengalaman dan memiliki IP yang bagus...

Jumat, 17 Desember 2010

simpul cinta untuk bapak

"kau harus menjadi seseorang yang lebih baik daripada aku nak"

sebenarnya, sudah sejak lama dan sudah sering Ayah saya berkata seperti itu kepada saya. salah satu contoh, ketika Beliau dinobatkan menjadi doktor, Beliau berkata," sesuk dadi profesor ya syad".

namun, entah kenapa. kata-kata tersebut saya rasa belum bisa menembus hingga lubuk hati saya..

seharusnya saya tersadar, dan mengerti, bahwa waktu yang saya punya untuk menjadi lebih baik daripada Beliau tidak lama.

Satu tekat kali ini, satu tekat yang akan saya pegang erat, yang harus saya perjuangkan,

BAPAK HARUS MELIHAT KEBERHASILAN SAYA, SEBELUM BAPAK DI PANGGIL ALLOH


Saya tidak tau, seberapa lama, ataupun seberapa singkat waktu yang saya miliki untuk mewujudkan hal ini. satu yang pasti, saya tidak akan menunda-nunda lagi proyek hidup ini. karena sudah banyak proyek kehidupan saya yang hancur dan tidak terwujud gara-gara hobi saya yang suka menunda pekerjaan..


BAPAK, LIHATLAH ANAK MU MENJADI LEBIH BAIK DARIPADAMU


( sebuah kado, yang mungkin tidak pernah Beliau mengerti.. Panjang umur ya Pak, semoga sukses dunia akhirat)

Sebuah repost dari dosen saya, Prof.Dr.Wiratni




Saya berasal dari keluarga petani padi. Sejak jaman kakek buyut saya, kami bertanam padi. Bedanya adalah pada masa kakek buyut saya, bisnis bertani padi masih sangat menguntungkan, sementara sekarang, bisnis ini lebih terasa sebagai beban yang membuat jalan hidup jadi terseok-seok. Salah satu penyebab loyonya bisnis pertanian adalah harga pupuk yang semakin mencekik. Koran Kompas (7 September 2009) memuat pernyataan Sekretaris Menneg BUMN Said Didu bahwa jika subsidi pupuk tidak dinaikkan pada APBN 2010, maka harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi pada tahun 2010 bisa melonjak hingga 80 (DELAPAN PULUH) persen. Hampir dua kali lipat. Mengapa kita jadi begitu bergantung pada pupuk? Berabad-abad yang lalu sebelum ada pupuk sintetik, bagaimana mekanisme tanah menjaga keseimbangan kandungan nutrisinya?

Mungkin ‘darah petani’ dalam diri saya itulah yang membuat saya tertarik mempelajari liku-liku tanah. Saya suka membaca dan belajar sendiri secara informal tentang tanah. Tadinya saya pikir ini Cuma ‘hobby’ di luar bidang profesional saya. Tapi kemudian setelah makin banyak membaca dan berdiskusi dengan berbagai pihak, saya melihat bahwa sebetulnya ilmu teknik kimia saya bisa sangat banyak membantu dalam urusan pertanahan ini. Tulisan “Bumi Tua yang Kelelahan” ini adalah ‘makanan pembuka’ untuk beberapa tulisan lain yang akan lebih spesifik bercerita tentang kemungkinan-kemungkinan ‘operasi plastik’ untuk membuat tanah kita cantik kembali.

Alam memungkinkan tanaman 'tumbuh di batu', tapi itu sebelum campur tangan manusia (Foto karya Dr. Agus Prasetya, Direktur ChAIN Center, Jurusan Teknik Kimia FT UGM)

Tahun 2008, majalah National Geographic pernah mempublikasikan sebuah hasil survey yang sangat mengerikan, yaitu kenyataan bahwa rata-rata ketebalan lapisan tanah subur di seluruh dunia sekarang tinggal kurang-lebih 20-30 cm. Berabad-abad pemerkosaan bumi oleh manusia, atas nama peradaban, telah menyusutkan kedalaman lapisan tanah subur dari yang tadinya rata-rata 2 meter, menjadi ‘the negligible 20 cm’. Masih dari Majalah National Geographic, diberitakan bahwa para peneliti di International Soil Reference and Information Center (ISRIC) yang berkantor di Belanda menyatakan bahwa pada akhir abad ke-20 yang baru saja kita lewati, umat manusia telah merusak 7.5 JUTA mil persegi dari tanah yang tadinya merupakan lahan-lahan pertanian kaya. Seberapakah 7.5 JUTA mil persegi itu? Kira-kira seluas separuh benua Amerika dan terus meluas dari tahun ke tahun. Erosi, tanah longsor, pengerasan, polusi, dan sebagainya, membuat bumi tak bisa lagi memberikan makanan yang cukup bagi tanaman.

Di lain pihak jumlah manusia yang harus ditopang oleh kesuburan bumi semakin banyak. Menurut estimasi FAO, pada tahun 2030 akan ada 8.3 milyar manusia yang keluyuran di muka bumi ini. Seorang pakar geologi dari Universitas of Washington di Seattle, Dr. David R. Montgomery, menandaskan, “Kita mulai kehabisan tanah”. Tanah adalah sumber daya alam yang paling mendasar. Jika kita ‘kehabisan tanah’, uang yang berlimpah pun tidak akan bisa ‘membeli’ tanah. Berita baiknya adalah, tanah yang sudah rusak itu bisa direstorasi. Jadi sebelum berpikir untuk investasi beli tanah di bulan atau planet-planet tetangga, sebaiknya mulai dipikirkan dahulu upaya-upaya restorasi tanah-tanah yang rusak itu dulu saja.

Sebetulnya, bumi ini sudah diciptakan sepaket dengan berbagai ‘gadget-nya’ untuk menjaga kesetimbangan. Misalnya soal tanah ini. Tanah adalah semacam makelar, yang menghubungkan benda mati dan benda hidup. Benda matinya adalah unsur-unsur seperti karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, dan sebagainya, sementara benda hidup yang langsung bersinggungan dengannya adalah tanaman. Sebagai makelar, bagaimana caranya tanah ‘kulakan’ unsur-unsur mati tadi? Ternyata ada mekanisme yang juga sudah built-indi dalam tanah (segala puji hanya untuk Allah Sang Maha Pencipta), yang dijalankan oleh suatu populasi mikroorganisme. Jika diibaratkan tanah sebagai dapur, maka para makhluk mikro ini adalah koki-kokinya.

Ambil contoh nitrogen. Nitrogen adalah unsur yang paling diperlukan tanaman untuk hidup, tumbuh, berkembang biak, dan tentunya setor panenan kepada Yang Mulia umat manusia. Nitrogen kan buanyaaaak sekali di bumi ini ya? Kurang lebih 79% atmosfer bumi kan isinya nitrogen. Lha mbok situ tinggal ambil, gratis. Jadi bagaimana ini, nitrogen melimpah tapi kok sampai perlu dibuat ‘pupuk nitrogen’ segala, yang jadi sumber masalah itu tadi?

Fiksasi nitrogen oleh aktivitas mikrobia cyanobacteria di tanah

Ternyata, kebanyakan makhluk hidup, termasuk tanaman, hanya bisa memanfaatkan nitrogen yang berbentuk ion ammonium (NH4+). Nitrogen yang gratisan tadi bentuknya N2, gas nitrogen. Jadi walaupun jumlahnya melimpah ruah, N2ini tidak bisa langsung bermanfaat. Dia harus diubah dulu menjadi NH4+. Nah, pabrik-pabrik pupuk yang membuat urea, ZA, dll itu pada dasarnya adalah memproduksi ion-ion ammonium, dari berbagai sumber. Lantas sebelum jaman revolusi industri, siapa yang bertugas mengubah N2 menjadi NH4+ untuk keperluan pertanian? Sudah pasti jawabannya adalah para makhluk mikro, yang sudah diberi mandat khusus untuk itu (karena tidak semua makhluk mikro mampu menjalankan tugas mulia ini). Proses konversi N2 menjadi NH4+ berkat jasa para makhluk mikro ini disebut biological nitrogen fixation (fiksasi nitrogen secara biologis). Nanti saya akan cerita lebih banyak di posting yang lain tentang teman-teman kecil kita yang nama pop-nya adalah ‘nitrogen fixer’ ini.

Proses fiksasi nitrogen adalah proses yang berat, perlu energi besar. Jadi ketika manusia mulai harus memproduksi makanan dalam skala besar untuk melayani jumlah populasi yang semakin gila-gilaan, maka manusia jadi tidak sabar menunggu teman-teman mikro ‘nitrogen fixer’ yang kerjanya alon-alon kelakon ini. Jadilah kreativitas manusia, yang selalu menjadi bumbu lezat dalam keserakahan dan ambisi, melahirkan apa yang sekarang kita kenal sebagai ‘pupuk sintetis’ itu.

Teman-teman kecil kita yang sedang asyik melakukan fitrahnya memfiksasi nitrogen itu pun kaget setengah mati, waktu tiba-tiba mereka menyadari bahwa lingkungannya sudah sangat kaya dengan ion ammonium. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa yang namanya manusia itu memang jauh lebih pintar daripada mereka. Saya serius, ini sudah dibuktikan secara ilmiah (dalam kencan buta saya yang nomor 4), bahwa teman-teman kecil kita ini punya sensor untuk bisa merasakan berapa kadar ion ammonium di lingkungan mereka. Mereka melakukan sensor ini untuk memutuskan seberapa ion ammonium yang harus mereka produksi untuk menjaga kondisi ‘setimbang’, yang set point-nya sudah diberikan dalam manual dari Allah untuk mereka. Mereka tidak mengira bahwa ‘set point’ kita jauh lebih tinggi daripada ‘set point’ di buku manual mereka. Jadi mereka merasa GR bahwa mereka sudah memproduksi cukup ion ammonium dan ‘berpikir’, “Wah, bisa cuti panjang nih gue”. Begitulah, teman-teman kecil kita tidak lagi bekerja memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Mereka cuma santai-santai main gaple. Saking lamanya mereka tidak pernah memfiksasi nitrogen dan sibuk bersenang-senang saja, akhirnya buku manual cara memfiksasi nitrogen pun hilang. Mereka lupa caranya. Mereka kehilangan fungsi istimewanya. Kitalah, umat manusia, yang telah mengebiri keistimewaan para nitrogen fixer ini.

Pupuk sintetis yang kita lempar ke ladang dan sawah kita itu, tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Sebuah paper yang dimuat dalam Soil Science Society of America Journal di tahun 1986 tentang ‘kehilangan’ nitrogen dari pupuk yang diaplikasikan di permukaan tanah menyebutkan bahwa sesaat (berkisar antara 24-50 jam) setelah pupuk nitrogen (terutama urea) ditebarkan, maka sebagian besar ion ammonium akan berubah menjadi gas yang disebut ammonia dan segera lepas ke udara sebelum sempat diserap oleh tanaman. Kira-kira 30% dari jumlah pupuk yang diaplikasikan akan hilang sia-sia sebagai ammonia yang lepas ke udara. Ini belum semuanya, karena di lahan sawah basah, ada kehilangan-kehilangan lain, misalnya tertiup angin saat disebar, ‘larut’ ke air tanah, dan sebagainya. Secara kasar, kira-kira hanya 50% dari total jumlah pupuk yang diaplikasikan bisa betul-betul diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, sudah menjadi praktek umum bahwa aplikasi pupuk sintetis kira-kira DUA KALI LIPAT dari jumlah yang sebetulnya diperlukan oleh tanaman. Banyak petani yang karena tidak mau ambil resiko panenannya kalah banyak dari tetangga sebelah, mengaplikasikan lebih banyak dari jumlah dua kali lipat itu. Singkatnya, efisiensi penggunaan pupuk sintetis sangat rendah. Hanya separuh yang betul-betul terserap, yang separuh lagi bertanggung jawab menyebabkan berbagai degradasi di lingkungan: tanah jadi keras, air tanah tercemar nitrat, amonia mencemari udara, dsb. Sudah buang-buang uang, merusak lingkungan lagi. Dan ‘lucu’-nya, hal ini berlangsung bertahun-tahun ……… kalau dianalogikan dengan dagelan, ini kategorinya satire …….. lucu tapi getir.

Tanah, pijakan kehidupan yang terabaikan (Foto karya Dr. Agus Prasetya, Direktur ChAIN Center, Jurusan Teknik Kimia FT UGM)

Tanah, karena kotor, gelap, jelek, dan berada di bawah telapak kaki kita, sering kita lupakan keberadaannya. Padahal mengabaikan tanah adalah bunuh diri pelan-pelan, karena semua kehidupan bersumber dari situ. Karena itulah, saya ingin berbagi cerita petualangan saya terkait soal pertanahan ini. Nanti saya lanjutkan di tulisan yang lain untuk obrolan yang lebih spesifik, tentang teman-teman kecil kita yang (dulunya) rajin membuat pupuk itu, tentang tanah spesial di Amazon (bukannya amazon.com jualan tanah, ini Amazon beneran yang ada di Brazil sana) yang sangat subur, dan sebagainya.

Rabu, 15 Desember 2010

Sebuah analogi tentang cinta


"ini cerita tentang hati, yang terkadang saya sulit sekali untuk mengontrolnya..."

Masih segar di ingatan saya, ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar... Saat itu, bisa dikatakan saya ini pengemar hewan, mulai dari berbagai jenis ikan, berbagai jenis burung saya punya. Di antara banyak jenis hewan yang saya miliki, saya memiliki 1 pasang merpati yang spesial, yang akhirnya menjadi induk dari puluhan merpati yang sempat menambah kekotoran rumah saya.hehe.

Saya membeli sepasang merpati itu murni dengan uang jajan saya, saya tidak meminta uang dari Bapak maupun Ibu( sebenarnya minta, tapi gag dikasih) sengaja saya sisihkan uang jajan ketika saya masih SD yang hanya 1000-1500 Rupiah. Bukan saya sendiri yang menyisihkan, adik saya juga terlibat, tapi saya yang paling konsisten.hehe.

Singkat cerita, setelah proses menyisihkan uang yang tidak bisa dikatakan mudah, saya membeli 1 pasang merpati. yang jantan berwarna coklat yang betina berwarna putih bersih.

Saat itu, musimnya balap burung merpati. dan tentu saja, saya mempercayakan kehormatan diri saya dengan merpati saya.hehe. Merpati saya payah. bisa dikatakan seperti itu. Kenapa? ya karena kalau saya tandingkan dengan merpati teman, biasanya kalah. Wajarlah namanya juga merpati biasa.hehe.merpati daging kata orang.

namun,hal itu tidak menjadi kendala berarti setelah saya menemukan cara yang cukup ampuh.

Bagaimana?
Anda penasaran?
begini, sebelum tanding sama temen saya. saya sengaja mengurung merpati jantan di kandang. dan saat itu juga, merpati betina pasangannya saya 'kawin'-kan dengan merpati jantan lain.hehe.iseng bener ya saya.hehe. tapi cuma buat membuat merpati jantan pasangannya cemburu...sampai berontak berontak dalam kandang gitu..nah..setelah itu, saya menang deh dalam lomba kecil-kecilan dengan teman saya.hehe. ya walaupun waktu diulang lagi kalah,hehe.


"kekuatan cemburu"

yah..itulah saya mau analogikan dari postingan ini.
jujur saya orangnya sangat mudah cemburu

Dari dulu saya orangnya mudah cemburu lho, misal ketika Bapak saya memboncengkan adiknya yang juga lek saya.hehe.konyol. Saya juga cemburu, dulu waktu Ibu saya dapat pasien lelaki..hehe..
(nah loe..katanya mau dapat istri seorang dokter)haha


dan saat ini, saya akui saya sedang cemburu.hehe.

cemburu dalam arti yang sebenarnya..hehe..


berharap seperti merpati saya yang bisa merubah rasa cemburu menjadi kekuatan yang bahkan dia tidak miliki ketika dia sedang berkasih-kasih dengan pasangannya.
hehe..


curcol nih ceritanya...

mau langsung tak upload, terus ngeditnya entar aja..hehe





Minggu, 05 Desember 2010

=)

"segalanya itu harus seimbang, dan di segala aspek yang kamu lakukan, kamu harus melakukan dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah"

Setidaknya itulah saya dapat saya simpulkan dari segala tindak perilaku dan perkataan salah satu teman chinese saya, yang mewakili hampir semuanya.

heran, bukannya rasis ya, tapi mengapa kok sikap hidup yang dimiliki seorang 'chinese' kebanyakan jauh lebih baik daripada seorang pribumi.

terkadang iri dengan sikap mereka...iri disini dalam arti yang baik tentu saja, semoga saja.

semoga setelah iri, bisa mencontoh sikap sikap positif mereka.

'kalau kau punya .'mimpi', kadang kau tak pernah bermimpi syad'hehe



Rabu, 01 Desember 2010

Iman sebagai fungsi waktu, sesederhanakah itu?



Sebagai seorang pelajar, teknik kimia yang sedang gandrung-gandrungnya belajar Matematika Teknik Kimia 1 ( baca: pusing) , saya memberi sedikit rahasia kepada Anda yang setia membaca blog saya.hehe.

Bahwa seorang lulusan teknik kimia kelak, mampu menghitung setiap perubahan yang ada, sebagai contoh perubahan konsentrasi terhadap waktu, perubahan suhu terhadap jarak dan masih banyak lagi contohnya.Secara singkat semua yang ada di pabrik. bisa dikatakan seperti itu.

hmmm....


Saya yang mulai mempelajari hubungan perubahan terhadap waktu, 'stuck' diam, statis.

Mungkin saya terlalu sombong pada awal pembukaan tadi, mengatakan bisa mengukur berbagai perubahan terhadap waktu. padahal, tentang apa yang ada di dalam diri saya pribadi, saya tidak bisa mengukurnya.

Tahukah Anda???

Sesuatu yang saya maksud adalah kadar keimanan.

kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan iman kita beberapa saat kedepan,

banyak diantara kita yang pada suatu waktu memiliki kadar keimanan dengan kemurnian tinggi, melebihi kemurnian larutan standar primer,selang beberapa waktu,kadar keimanan kita hilang tak berbekas.

ada juga diantara kita yang mungkin kadar keimanannya begitu rendah, lalu karena ada sebuah peristiwa, dia berubah...menjadi lebih baik, menjadi sangat murni imannya kepada Alloh...

tidak ingatkah Anda pada suatu kisah ulama bernama Fudail bin 'Iyadh???

Beliau dulunya seorang penyamun yang menghadang orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis. Dan sebab taubat beliau adalah karena beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca ayat:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَماَ نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلاَ يَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتاَبَ مِنْ قَبْلُ فَطاَلَ عَلَيْهِمُ اْلأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْرٌ مِنْهُمْ فاَسِقُوْنَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang –orang yang beriman untuk tunduk hati mereka guna mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang –orang yang sebelumnya telah turun Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang-orang yang fasiq.” (Al Hadid: 16).

Maka tatkala mendengarnya beliau langsung berkata: “Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku (untuk bertaubat).” Maka beliaupun kembali, dan pada malam itu ketika beliau tengah berlindung di balik reruntuhan bangunan, tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka berkata: “Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata: “Kita jalan terus sampai pagi, karena biasanya Al-Fudhail menghadang kita di jalan ini.” Maka beliaupun berkata: “Kemudian aku merenung dan berkata: ‘Aku menjalani kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin di situ ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Baitul Haram’.”


belumkah Anda percaya bahwa keimanan Anda begitu labil?
jauh tidak stabil daripada unsur-unsur radioaktif yang ada...
jauh memprihatinkan daripada 'telur diatas tanduk'

oleh karena itu, berdoalah supaya Alloh menjaga iman kita,,

Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).

-sekian-

ayo belajar mtk