Rabu, 20 Agustus 2014

Sebuah mimpi sederhana

“ tajam aku menatap matanya. Ku tepuk pundaknya halus. Dengan suara berat, aku berkata. “camkan baik-baik kata-kata Bapak mu. Kau masih muda, jangan pernah menjadikan uang sebagai alasan kau melakukan atau meninggalkan sesuatu. Jangan pernah hanya karena tawaran gaji yang kau dapatkan rendah, kau menolak suatu pekerjaan pertama mu. Berapa pun  yang kau terima, bersyukurlah dan selalu ingat bahwa ada bagian yang harus kau sisihkan untuk kemaslahatan umat. Kau masih muda, jangan pernah lelah untuk belajar. Jangan pernah. “

Kalimat di atas merupakan sebuah mimpi atau keinginan yang mungkin bagi kalian sesuatu yang sangat sederhana. Wajar jika seorang ayah menasehati anaknya seperti itu. Nasehat yang sering terlontar, mungkin seperti putaran suara yang mungkin orang sudah bosan mendengarkannya. Bukan karena sebab saya berkata demikian, salah satu dan satu-satunya sebab saya berpendapat demikian adalah untuk saat ini, saya sudah mendengar mungkin hampir 10 kali dari 10 orang berbeda yang berkata seperti itu. Jujur, rasanya bosan.
Namun, saya mencoba untuk memahami perkataan tersebut. Meresapi lalu kemudian mengambil sebuah makna.
Saat ini, setelah mei kemaren lulus alhamdulillah saya sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang gas metering. Disini saya difokuskan pada bagian gas analyze. Salah satu impian saya adalah bisa bekerja di perusahaan EPC atau OnG, dan Alhamdulillah saya dapat disini. Memang berbeda dengan owner maupun service OnG yang bisa memberikan bayaran yang sangat banyak, rupiah dan USD yang saya dapatkan dari perusahaan ini tidak banyak.
Saya tergolong orang yang keras kepala, dan sulit menerima saran orang. Dan lama saya menyakinkan diri untuk dapat mengambil hikmah dari nasehat banyak orang seperti di atas.
singkatnya hikmah itu datang juga. Hikmah tentang bahwa kehidupan jangan hanya dilihat dari uang saja. Ada banyak hal dan kejadian, yang membuat saya pada akhirnya memahami hal itu. Disini akan saya tulis 2 hal, atau mungkin 3 hal.
Hal pertama adalah nasehat dari Bapak saya. Saya pernah bertanya kepada Bapak saya, Jika Alloh Maha Adil dalam memberi rezeki, kenapa ada orang seusia saya yang tiap bulannya sekarang sudah dapat 1000 USD, sedang 3 bulan ini saya tidak mendapatkan uang apa apa. Bapak tersenyum, dan dengan sederhana berkata, hanya orang yang tidak dapat melihat dunia seutuhnya yang berpendapat seperti itu, hanya orang yang tidak pernah melihat dengan mata hati yang akan berpendapat seperti itu. Hanya orang yang tidak pernah bersyukur yang akan berpendapat seperti itu. Jika harus ditukar dengan Rupiah, berapakah nilai kesehatan ini?? jika dibandingkan 1000 USD dengan nikmatnya dapat melihat, itu tidak ada bandingannya sama sekali.
Tidak hanya itu, saya pernah berkata ke Bapak. Saya khawatir, apakah nanti ke depan bisa membuat rumah yang teduh untuk keluarga. Bisa membeli mobil yang nyaman buat keluarga. Bisa membeli makanan yang enak untuk keluarga. Seperti saat ini. dan Bapak hanya menjawab, inilah proses kehidupan. Yakinlah, bahwa Alloh Maha Adil. Siapa yang serius berjuang, dia yang akan menikmati hasil perjuangannya.

Hal kedua adalah dari sebuah buku, buku pinjaman dari calon kakak ipar saya. Buku tersebut berjudul Habibie Ainun. Dari buku ini saya mempelajari karakter dari Bapak Habibie yang sangat unggul. Ada banyak karakter unggul yang Beliau miliki, salah satu dari banyak hal itu adalah kemampuan tidak menomor satukan uang. Beliau rela menolak tawaran kerja dari Airbus, Boeing untuk bisa berkarya demi Indonesia. Disini, entah salah atau tidak. Beliau tidak mau menjadi kuli asing. Beliau dengan ikhlas berniat memajukan industri milik Indonesia. Beliau salah satu sosok dengan nasionalisme yang begitu tinggi. Bukan, disini bukan saya mengatakan mereka adalah kuli kuli asing. Saya tidak mengatakan seperti itu. Namun saya lebih menekankan bahwa, disini saya bekerja untuk Indonesia.

Dan, alasan ketiga adalah, saya percaya ada banyak hal yang dapat saya pelajari disini. Ada banyak hal yang akan saya dapatkan disini.

Ketiga alasan di atas, membuat saya mantap yakin untuk berkarya dahulu disini. Berkarya, belajar mati-matian lagi. Hingga suatu saat nanti, saya bisa menceritakan pengalaman ini ke anak saya.
Amin.


Selasa, 19 Agustus 2014

satu

Tepat 3 bulan yang lalu, 19 Mei 2014 saya dan Bapak Ibu menghadiri acara wisuda di jurusan teknik kimia. Dan jujur saja, tidak ada perasaan senang yang berlebihan atau apa, masih banyak teman saya yang malam ini mungkin terpaksa menampakkan senyum. Ya setidaknya itu yang saya lakukan selama datang di periode wisuda sebelumnya. Datang dengan hanya menampakkan senyum, padahal jauh dalam hati ada perasaan hancur. Sudah 3 atau 4 kali saya mengalami perasaan itu.
Setiap kali datang ke wisuda teman, yang ada hanya bayang-bayang mimik Bapak dan Ibu. Berpikir, apakah akan datang waktunya bagi mereka melihat aku di wisuda...
Namun akhirnya, pada malam 19 Mei 2014 itu, saya di wisuda. Saya dinyatakan lulus dari kuliah. Malam itu, dengan jelas saya melihat wajah Bapak Ibu merona bahagia. Bangga melihat anaknya bisa lulus. Akhirnya bisa lulus. Akan ada banyak hal baru dan tantangan setelah lulus kelak, namun untuk saat ini, akan lebih cocok untuk kita membahas dan membicarakan waktu 4 tahun lebih beberapa bulan.
Bukan dalam waktu yang singkat saya bisa menyelesaikan program sarjana di teknik kimia ugm. Selama kurun waktu yang lama ini, saya melakukan banyak hal, bertemu dengan banyak orang, berkunjung ke banyak tempat, memimpikan banyak hal. Jatuh berulang kali. Bermimpi berulang kali, kembali jatuh lagi. Sempat berada di atas, untuk kemudian turun dan mencari puncak berikutnya. Hidup mewah, hidup melarat. Merasakan banyak hal, kesepian, ketakutan, kekhawatiran, keramaian, keceriaan..
Jika harus saya rinci cerita kehidupan saya selama kuliah, mungkin tidak akan dapat kembali saya tuliskan. Namun, saya akan mencoba menuliskan secara rinci orang-orang yang mempunyai andil dan peran besar selama saya kuliah. Bukan berarti bila yang tidak tertuliskan orang yang terpinggirkan, bukan. Hanya mungkin karena terlalu banyak, sehingga tidak akan mencangkup semua. Harapan saya, Anda yang membaca tulisan ini masuk ke dalam orang yang saya maksud. Here we go, for this time I’ll talk about my best friends...
Jika harus menyebutkan untuk pertama kalinya, maka saya akan menyebutkan mereka adalah Agen A & Agen B. Ada banyak hal yang telah kami lalui bersama. Mulai dari hal yang remeh, seperti menonton film, bioskop, mainan kartu sampai ikut perlombaan. Pernah sama Agen A saya jualan ayam broiler di Pasar  Kranggan. Haha. Mahasiswa kok jualan ayam, aneh juga. Sama Agen A juga saya mengendara sampai hampir 80 km ke arah pelosok gunung kidul untuk cari bibit jati. Sayangnya sekarang bibitnya udah mati semua dan sebagian dicuri orang. Kalau sama Agen B, pengalaman terakhir sih takziah ke rumah Agen B di Jepara, bareng sama Agan A dan Agen A. Dua orang teman saya ini sebenarnya orang yang baik, yang hidup sederhana karena memang diuji dengan keterbatasan. Dua orang ini masih ingat betul ketika pertama saya bertemu mereka, saat itu saya yang lugu ini bahkan berbahasa jawa krama waktu tau bahwa mereka pun datang dari jawa. Saya masih ingat betul waktu pertama kali main di tempat kos Agen A, waktu itu adalah semester 3, saatnya sibuk sibuk praktikum. Pribadi Agen A yang ramah, entah kenapa langsung saja dekat. Ramah, lucu, terkadang penuh mimpi positif, seringkali penuh mimpi yang mengkhayal, mengkhayal ini berkaitan dengan sebuah imajinasi tentang seorang wanita.haha. Tempat kos Agen A tidak jauh dengan tempat kos Agen B, dan tempat kos Agen A ini menjadi tempat favorit entah untuk belajar, main kartu, main truth or dare dan lain-lain. Seringkali bahkan Cuma ngobrol, mengumbar mimpi ga tau akan kesampaian atau tidak. Selama masa masa ini, dua sahabat saya itu masih belum memiliki laptop, mahasiswa yang belum mempunyai laptop. Kondisi yang memang cukup memprihatinkan, tetapi 2 sahabat saya ini fine fine aja. Mungkin orang melihatnya mereka tampaknya kasihan, memelas. Tapi toh nyatanya mereka bahagia juga. Ada beberapa tempat yang pernah kami kunjungi bersama, salah satunya adalah tugu jogja. Malam minggu, tidak ada kerjaan, kami main kartu hingga pukul 3 malam dan setelah mulai pusing kami iseng iseng main ke tugu jogja dan foto foto untuk kemudian tidur. Bersama sahabat saya ini, saya mungkin terlihat seperti menghabiskan waktu dengan sia-sia, tapi bagaimana lagi, saya bahagia dengan itu. Cerita menjadi sedikit berbeda ketika Agen A mendapatkan beasiswa dari alumni yang selain uang juga mendapatkan tempat tinggal atau kos. Kos Agen A yang sebelumnya menjadi base camp pindah di tempat berbeda yang cukup jauh. Pogung baru F81. F81 adalah sebuah rumah tipe 70 yang berisi 2 kamar tidur dan ruang tamu yang cukup lega. Sepertinya akan menjadi base camp baru yang menyenangkan. Namun sayang sekali, selain Agen A ada penghuni lain yang tidak bisa nyetel dengan kami. Sehingga seringkali Agen A yang harus pindah basecamp ke Kos Agen B. Keadaan kembali berubah ketika Agen A diusir dari F81 karena rumah itu disewakan, dan dipindah ke rumah sebelah F82. Rumah kontrakan yang diisi sama anak jurusan teknik sipil angkatan 08. Kalau dari cerita Agen A sih, katanya anak-anaknya pada sombong, selain itu juga udah pada berani ngamar sama ceweknya. Kadang kalau main kesana, paginya tau aja kalau ada cewek nginep. Duh duh duh. Pengen juga. Haha. Hal ini yang bikin Agen A gag betah di kos itu dan jutru malah lebih sering menginap di Kos Agen B. Ruangan kos yang hanya berukuran tidak lebih dari 3 kali 3 dihuni 2 orang. Terkadang bahkan ada 4 orang atau bahkan 5 orang yang main di kamar itu. Sehingga tidak jarang Budhe penunggu kost-an marah marah . haha. Karena ya kita cekikikan main kartu sampai malam dll. dengan uang beasiswa-nya Agen A dan Agen B akhirnya dapat membeli laptop, dan disini mau saya katakan cobaan datang. Salah satu teman kami mengenalkan game dota kepada Agen A dan Agen B, dan keduanya ketagihan hingga sampai abai di hal kuliah. Banyak absen yang kurang, tidak bisa ikut ujian, laporan penelitian molor, tugas akhir ga selesai. Semua bisa saya katakan karena game terlaknat dota itu. Dari mulai hal kecil, hingga merambat ke hal yang besar seperti kehilangan semangat, hidup seperti hanya asal-asalan semua berawal dari game dota itu.
Hingga saat ini, saat saya jauh terpisahkan 400 km. Mungkin mereka belum bisa terpisahkan dari dota. Racun yang benar benar melalaikan, membuat orang lari dari kenyataan.
Saya rindu mereka yang masih berani bermimpi. Tapi bagaimanapun, saya rindu Mereka apa adanya mereka. Saya berdoa dalam, semoga mereka bisa segera mengakhiri masa kuliah dengan baik, lulus dari teknik kimia, dapat kerja atau mungkin membuat kerja dan bisa membagi banyak hal lagi.
Ada banyak sekali pelajaran hidup yang dapat saya ambil dari mereka, semoga mereka bahagia dengan wajarnya manusia bahagia.

Kopi tidak akan pernah kehilangan rasa pahitnya, pecinta kopi tidak akan pernah berusaha menghilangkan rasa pahit dengan gula, susu atau krimer. Pecinta kopi menikmati pahit kopi rasa gula,susu dan krimer. Pecinta kopi tidak akan suka dengan kopi instan yang rasanya itu itu saja. Pecinta kopi akan berpetualang. Bahagia bukan saja karena kopinya nikmat. Seringkali yang diingat bahkan bukan rasa kopinya, bukan.. yang menjadi cerita menarik, bahkan saat cangkir tersenggol jatuh, kopi tumpah ruah di tegel. Kepulan asap mengepul mengeluarkan aroma khas Kopi hitam. Membangunkan jiwa jiwa yang tertidur.


Senin, 11 Agustus 2014

Hari pertama kerja

Yesterday was my first day at work.


That day should be a special  because that’s only happen once in my life.
Saya tidak pernah lupa untuk mengabadikan langit pada hari spesial. Dan pagi itu langit cerah, secerah harapan ini. Pada kesempatan pertama saya diajak berkeliling dengan Pak Edy bagian HRD untuk berkenalan dengan orang-orang yang ada di kantor. Overall, orangnya ramah-ramah dan menerima kedatangan orang baru. Ada seorang wanita yang memang sudah saya perhatikan dari awal saat saya masih menunggu di lobby. Haha. Kenalan juga dengan orangya, namanya unik juga.  
Pada hari pertama ini saya disuruh belajar lagi untuk baca baca tentang compressible factor, cara ngitung heating value, specific gravity dl. Lumayanlah ada banyak pdf yang perlu dibaca. Selain itu saya juga liat-liat apa yang dikerjakan sama orang orang disini.
Siang hari, Leader di bagian saya mengajak saya untuk ke lapangan besok. Semoga akan menjadi momen yang membahagiakan.

Hari pertama kerja ditutup dengan hujan yang cukup deras, yang memaksa untuk bertahan di kantor hingga lepas maghrib. Sudah jadi peraturan, kalau maghrib masih di kantor akan dapat makan malam. Tapi ya namanya nubie, ga enak juga kalau langsung mau memesan nasi goreng atau bakmi godog. Haha. Akhirnya hujan reda juga dan langsung cuus pulang. 

Kerjo Dab!

Kamu harus merantau untuk mengetahui siapa yang benar benar merindukan mu dan siapa yang benar benar kamu rindukan.

Penggalan kata-kata di atas bukan murni kalimat yang keluar dari saya, tapi saya kutip dari teman saya yang sudah lebih dahulu harus merantau mencari pengalaman di tempat lain. Sederhana, namun berarti.
Saat ini saya masuk ke tahap “mulai bekerja”. Bagi seorang pria, tahap ini berarti dia sudah terlepas dari bantuan finansial orang tua, tahapan yang bisa dikatakan sebagai tahap akhir proses pendewasaan diri seorang pria. Bagi saya, tahap ini terlihat cukup berat pada awalnya, dan saya membayangkan banyak hal di masa depan yang mungkin tidak akan seindah apa yang saya nikmati sekarang. Jujur untuk saat ini Alhamdulillah keluarga saya hidup mapan lahir dan batin. Rumah luas, mobil dua dan masih banyak lagi. Ada sedikit ketakutan ketika mulai pada tahap bekerja. Saya takut apakah besok bisa memberikan rumah yang nyaman untuk anak istri, mobil yang nyaman, makanan yang enak dan lain-lain. Karena ya maklum yang saya dapatkan perbulan untuk saat ini tidaklah banyak. (Namun saya akan selalu berusaha untuk mensyukurinya dengan tetap berusaha bersedekah dan menabung.)
Galau dirundung hal-hal masa depan tadi, saya berbagi dengan seorang teman dan dia mengatakan
“ kau tidak akan pernah tau bagaimana menakjubkannya kehidupan sebelum mengalaminya” sebuah potongan kalimat yang sekali lagi simpel namun menurut saya penuh arti. Kalimat sederhana itu lalu membuat saya teringat cerita-cerita kehidupan yang disampaikan orang disekeliling saya, khususnya orang tua.
Dahulu ketika mengawali rumah tangga, Bapak kerja di Jakarta dan Bunda masih kuliah, dan saat itu Bapak sudah membiayai kuliah Bunda. “ Ben 2 minggu pisan balik Le, jumat sore muleh numpak bus tekan sabtu esuk. Minggu esuk balik jakarta meneh. Kangen “ sebuah proses kehidupan yang bisa dibilang tidak mudah. Proses kehidupan yang berat dan benar benar akan menjadikan manusia yang berhasil melewatinya akan anik level. Saat itu, kalau bukan karena kerja keras dan keajaiban, menurut saya akan menjadi sebuah omong kosong kehidupan saya dan keluarga seperti ini sekarang.
Tidak hanya itu, ada pula kisah sederhana dari keluarga sederhana yang dulu sempat menjual handphone untuk dapat berkorban hewan korban. Proses kehidupan yang tidak mudah, namun akhirnya terlewati pula dan sekarang keluarga itu hidup berkecukupan.
Masih ada banyak kisah-kisah kehidupan kalau kau mau berbagi secangkir kopi atau coklat hangat kepada ku.
Pada akhirnya saya percaya bahwa dengan bekerja keras sekarang, masa depan insha Alloh akan menjadi cerah. Jangan pernah mudah menyerah dan selalu meminta kepada Alloh Yang Maha Kaya. Jangan pernah bergantung selain kepada-Nya karena hanya Dialah tempat bergantung yang sebaik-baiknya.
Belum lama ini saya tambah khusyuk berdoa untuk diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani proses kehidupan.. dan saya mulai merasakannya dengan hilangnya rasa cemas ketika memikirkan hal hal seperti KPR.. Mobil baru, motor baru dll.. Pasrah bongkokan sama Alloh. Insha Alloh diberikan yang terbaik. Dan sekali lagi, saya terus belajar menyakinkan diri saya bahwa kebahagiaan tidaklah dapat dilihat dari ada tidaknya materi, tetapi bahagia itu asalnya dari hati.
Bismillah. Semoga proses ini bisa terlewati dengan baik. Proses mulai bekerja. Berbeda dengan masa masa kuliah, sekarang harus lebih pintar dalam memanage keuangan, memanage hati dan lain-lain. Namanya saja tambah dewasa, kalau sama saja ya berarti hanya menua.

Jumpa lagi dengan tulisan saya yang lain. Mari berkarya J