Selasa, 19 Agustus 2014

satu

Tepat 3 bulan yang lalu, 19 Mei 2014 saya dan Bapak Ibu menghadiri acara wisuda di jurusan teknik kimia. Dan jujur saja, tidak ada perasaan senang yang berlebihan atau apa, masih banyak teman saya yang malam ini mungkin terpaksa menampakkan senyum. Ya setidaknya itu yang saya lakukan selama datang di periode wisuda sebelumnya. Datang dengan hanya menampakkan senyum, padahal jauh dalam hati ada perasaan hancur. Sudah 3 atau 4 kali saya mengalami perasaan itu.
Setiap kali datang ke wisuda teman, yang ada hanya bayang-bayang mimik Bapak dan Ibu. Berpikir, apakah akan datang waktunya bagi mereka melihat aku di wisuda...
Namun akhirnya, pada malam 19 Mei 2014 itu, saya di wisuda. Saya dinyatakan lulus dari kuliah. Malam itu, dengan jelas saya melihat wajah Bapak Ibu merona bahagia. Bangga melihat anaknya bisa lulus. Akhirnya bisa lulus. Akan ada banyak hal baru dan tantangan setelah lulus kelak, namun untuk saat ini, akan lebih cocok untuk kita membahas dan membicarakan waktu 4 tahun lebih beberapa bulan.
Bukan dalam waktu yang singkat saya bisa menyelesaikan program sarjana di teknik kimia ugm. Selama kurun waktu yang lama ini, saya melakukan banyak hal, bertemu dengan banyak orang, berkunjung ke banyak tempat, memimpikan banyak hal. Jatuh berulang kali. Bermimpi berulang kali, kembali jatuh lagi. Sempat berada di atas, untuk kemudian turun dan mencari puncak berikutnya. Hidup mewah, hidup melarat. Merasakan banyak hal, kesepian, ketakutan, kekhawatiran, keramaian, keceriaan..
Jika harus saya rinci cerita kehidupan saya selama kuliah, mungkin tidak akan dapat kembali saya tuliskan. Namun, saya akan mencoba menuliskan secara rinci orang-orang yang mempunyai andil dan peran besar selama saya kuliah. Bukan berarti bila yang tidak tertuliskan orang yang terpinggirkan, bukan. Hanya mungkin karena terlalu banyak, sehingga tidak akan mencangkup semua. Harapan saya, Anda yang membaca tulisan ini masuk ke dalam orang yang saya maksud. Here we go, for this time I’ll talk about my best friends...
Jika harus menyebutkan untuk pertama kalinya, maka saya akan menyebutkan mereka adalah Agen A & Agen B. Ada banyak hal yang telah kami lalui bersama. Mulai dari hal yang remeh, seperti menonton film, bioskop, mainan kartu sampai ikut perlombaan. Pernah sama Agen A saya jualan ayam broiler di Pasar  Kranggan. Haha. Mahasiswa kok jualan ayam, aneh juga. Sama Agen A juga saya mengendara sampai hampir 80 km ke arah pelosok gunung kidul untuk cari bibit jati. Sayangnya sekarang bibitnya udah mati semua dan sebagian dicuri orang. Kalau sama Agen B, pengalaman terakhir sih takziah ke rumah Agen B di Jepara, bareng sama Agan A dan Agen A. Dua orang teman saya ini sebenarnya orang yang baik, yang hidup sederhana karena memang diuji dengan keterbatasan. Dua orang ini masih ingat betul ketika pertama saya bertemu mereka, saat itu saya yang lugu ini bahkan berbahasa jawa krama waktu tau bahwa mereka pun datang dari jawa. Saya masih ingat betul waktu pertama kali main di tempat kos Agen A, waktu itu adalah semester 3, saatnya sibuk sibuk praktikum. Pribadi Agen A yang ramah, entah kenapa langsung saja dekat. Ramah, lucu, terkadang penuh mimpi positif, seringkali penuh mimpi yang mengkhayal, mengkhayal ini berkaitan dengan sebuah imajinasi tentang seorang wanita.haha. Tempat kos Agen A tidak jauh dengan tempat kos Agen B, dan tempat kos Agen A ini menjadi tempat favorit entah untuk belajar, main kartu, main truth or dare dan lain-lain. Seringkali bahkan Cuma ngobrol, mengumbar mimpi ga tau akan kesampaian atau tidak. Selama masa masa ini, dua sahabat saya itu masih belum memiliki laptop, mahasiswa yang belum mempunyai laptop. Kondisi yang memang cukup memprihatinkan, tetapi 2 sahabat saya ini fine fine aja. Mungkin orang melihatnya mereka tampaknya kasihan, memelas. Tapi toh nyatanya mereka bahagia juga. Ada beberapa tempat yang pernah kami kunjungi bersama, salah satunya adalah tugu jogja. Malam minggu, tidak ada kerjaan, kami main kartu hingga pukul 3 malam dan setelah mulai pusing kami iseng iseng main ke tugu jogja dan foto foto untuk kemudian tidur. Bersama sahabat saya ini, saya mungkin terlihat seperti menghabiskan waktu dengan sia-sia, tapi bagaimana lagi, saya bahagia dengan itu. Cerita menjadi sedikit berbeda ketika Agen A mendapatkan beasiswa dari alumni yang selain uang juga mendapatkan tempat tinggal atau kos. Kos Agen A yang sebelumnya menjadi base camp pindah di tempat berbeda yang cukup jauh. Pogung baru F81. F81 adalah sebuah rumah tipe 70 yang berisi 2 kamar tidur dan ruang tamu yang cukup lega. Sepertinya akan menjadi base camp baru yang menyenangkan. Namun sayang sekali, selain Agen A ada penghuni lain yang tidak bisa nyetel dengan kami. Sehingga seringkali Agen A yang harus pindah basecamp ke Kos Agen B. Keadaan kembali berubah ketika Agen A diusir dari F81 karena rumah itu disewakan, dan dipindah ke rumah sebelah F82. Rumah kontrakan yang diisi sama anak jurusan teknik sipil angkatan 08. Kalau dari cerita Agen A sih, katanya anak-anaknya pada sombong, selain itu juga udah pada berani ngamar sama ceweknya. Kadang kalau main kesana, paginya tau aja kalau ada cewek nginep. Duh duh duh. Pengen juga. Haha. Hal ini yang bikin Agen A gag betah di kos itu dan jutru malah lebih sering menginap di Kos Agen B. Ruangan kos yang hanya berukuran tidak lebih dari 3 kali 3 dihuni 2 orang. Terkadang bahkan ada 4 orang atau bahkan 5 orang yang main di kamar itu. Sehingga tidak jarang Budhe penunggu kost-an marah marah . haha. Karena ya kita cekikikan main kartu sampai malam dll. dengan uang beasiswa-nya Agen A dan Agen B akhirnya dapat membeli laptop, dan disini mau saya katakan cobaan datang. Salah satu teman kami mengenalkan game dota kepada Agen A dan Agen B, dan keduanya ketagihan hingga sampai abai di hal kuliah. Banyak absen yang kurang, tidak bisa ikut ujian, laporan penelitian molor, tugas akhir ga selesai. Semua bisa saya katakan karena game terlaknat dota itu. Dari mulai hal kecil, hingga merambat ke hal yang besar seperti kehilangan semangat, hidup seperti hanya asal-asalan semua berawal dari game dota itu.
Hingga saat ini, saat saya jauh terpisahkan 400 km. Mungkin mereka belum bisa terpisahkan dari dota. Racun yang benar benar melalaikan, membuat orang lari dari kenyataan.
Saya rindu mereka yang masih berani bermimpi. Tapi bagaimanapun, saya rindu Mereka apa adanya mereka. Saya berdoa dalam, semoga mereka bisa segera mengakhiri masa kuliah dengan baik, lulus dari teknik kimia, dapat kerja atau mungkin membuat kerja dan bisa membagi banyak hal lagi.
Ada banyak sekali pelajaran hidup yang dapat saya ambil dari mereka, semoga mereka bahagia dengan wajarnya manusia bahagia.

Kopi tidak akan pernah kehilangan rasa pahitnya, pecinta kopi tidak akan pernah berusaha menghilangkan rasa pahit dengan gula, susu atau krimer. Pecinta kopi menikmati pahit kopi rasa gula,susu dan krimer. Pecinta kopi tidak akan suka dengan kopi instan yang rasanya itu itu saja. Pecinta kopi akan berpetualang. Bahagia bukan saja karena kopinya nikmat. Seringkali yang diingat bahkan bukan rasa kopinya, bukan.. yang menjadi cerita menarik, bahkan saat cangkir tersenggol jatuh, kopi tumpah ruah di tegel. Kepulan asap mengepul mengeluarkan aroma khas Kopi hitam. Membangunkan jiwa jiwa yang tertidur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar