“ tajam aku menatap
matanya. Ku tepuk pundaknya halus. Dengan suara berat, aku berkata. “camkan
baik-baik kata-kata Bapak mu. Kau masih muda, jangan pernah menjadikan uang
sebagai alasan kau melakukan atau meninggalkan sesuatu. Jangan pernah hanya
karena tawaran gaji yang kau dapatkan rendah, kau menolak suatu pekerjaan
pertama mu. Berapa pun yang kau terima,
bersyukurlah dan selalu ingat bahwa ada bagian yang harus kau sisihkan untuk
kemaslahatan umat. Kau masih muda, jangan pernah lelah untuk belajar. Jangan pernah.
“
Kalimat di atas merupakan sebuah mimpi atau keinginan yang mungkin bagi kalian sesuatu yang sangat sederhana. Wajar jika seorang ayah menasehati anaknya seperti itu. Nasehat yang sering terlontar, mungkin seperti putaran suara yang mungkin orang sudah bosan mendengarkannya. Bukan karena sebab saya berkata demikian, salah satu dan satu-satunya sebab saya berpendapat demikian adalah untuk saat ini, saya sudah mendengar mungkin hampir 10 kali dari 10 orang berbeda yang berkata seperti itu. Jujur, rasanya bosan.
Namun, saya mencoba untuk
memahami perkataan tersebut. Meresapi lalu kemudian mengambil sebuah makna.
Saat ini, setelah mei
kemaren lulus alhamdulillah saya sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang gas metering. Disini saya difokuskan pada
bagian gas analyze. Salah satu impian saya adalah bisa bekerja di perusahaan
EPC atau OnG, dan Alhamdulillah saya dapat disini. Memang berbeda dengan owner
maupun service OnG yang bisa memberikan bayaran yang sangat banyak, rupiah dan
USD yang saya dapatkan dari perusahaan ini tidak banyak.
Saya tergolong orang yang
keras kepala, dan sulit menerima saran orang. Dan lama saya menyakinkan diri
untuk dapat mengambil hikmah dari nasehat banyak orang seperti di atas.
singkatnya hikmah itu
datang juga. Hikmah tentang bahwa kehidupan jangan hanya dilihat dari uang
saja. Ada banyak hal dan kejadian, yang membuat saya pada akhirnya memahami hal
itu. Disini akan saya tulis 2 hal, atau mungkin 3 hal.
Hal pertama adalah
nasehat dari Bapak saya. Saya pernah bertanya kepada Bapak saya, Jika Alloh
Maha Adil dalam memberi rezeki, kenapa ada orang seusia saya yang tiap bulannya
sekarang sudah dapat 1000 USD, sedang 3 bulan ini saya tidak mendapatkan uang
apa apa. Bapak tersenyum, dan dengan sederhana berkata, hanya orang yang tidak
dapat melihat dunia seutuhnya yang berpendapat seperti itu, hanya orang yang
tidak pernah melihat dengan mata hati yang akan berpendapat seperti itu. Hanya orang
yang tidak pernah bersyukur yang akan berpendapat seperti itu. Jika harus
ditukar dengan Rupiah, berapakah nilai kesehatan ini?? jika dibandingkan 1000
USD dengan nikmatnya dapat melihat, itu tidak ada bandingannya sama sekali.
Tidak hanya itu, saya
pernah berkata ke Bapak. Saya khawatir, apakah nanti ke depan bisa membuat
rumah yang teduh untuk keluarga. Bisa membeli mobil yang nyaman buat keluarga. Bisa
membeli makanan yang enak untuk keluarga. Seperti saat ini. dan Bapak hanya
menjawab, inilah proses kehidupan. Yakinlah, bahwa Alloh Maha Adil. Siapa yang
serius berjuang, dia yang akan menikmati hasil perjuangannya.
Hal kedua adalah dari
sebuah buku, buku pinjaman dari calon kakak ipar saya. Buku tersebut berjudul
Habibie Ainun. Dari buku ini saya mempelajari karakter dari Bapak Habibie yang
sangat unggul. Ada banyak karakter unggul yang Beliau miliki, salah satu dari
banyak hal itu adalah kemampuan tidak menomor satukan uang. Beliau rela menolak
tawaran kerja dari Airbus, Boeing untuk bisa berkarya demi Indonesia.
Disini, entah salah atau tidak. Beliau tidak mau menjadi kuli asing. Beliau
dengan ikhlas berniat memajukan industri milik Indonesia. Beliau salah satu
sosok dengan nasionalisme yang begitu tinggi. Bukan, disini bukan saya
mengatakan mereka adalah kuli kuli asing. Saya tidak mengatakan seperti itu. Namun
saya lebih menekankan bahwa, disini saya bekerja untuk Indonesia.
Dan, alasan ketiga
adalah, saya percaya ada banyak hal yang dapat saya pelajari disini. Ada banyak
hal yang akan saya dapatkan disini.
Ketiga alasan di atas,
membuat saya mantap yakin untuk berkarya dahulu disini. Berkarya, belajar
mati-matian lagi. Hingga suatu saat nanti, saya bisa menceritakan pengalaman
ini ke anak saya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar